Pentingnya menanamkan gerakan gemar membaca buku kepada anak-anak harus terus menjadi perhatian semua pihak, termasuk para orang tua dan guru. Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan yaitu dengan membacakan buku secara nyaring.
Membiasakan kegiatan membaca nyaring pada anak, bisa meningkatkan kemampuan berbahasa seorang anak dalam masa pertumbuhannya. Seperti mempelajari huruf, mengetahui perbedaan pengucapan dari suatu huruf, mendapatkan kosakata baru, dan mempelajari susunan kalimat. Hal tersebut disampaikan Roosie Setiawan, pendiri Reading Bugs Reading a Loud saat ditemui di Gedung Kemendikbud Ristek, Senin 23 Agustus 2021.
“Belajar membaca itu bukan keterampilan yang bisa didapat manusia secara otomatis. Ini berbeda dengan berbicara. Banyak unsur-unsur yang terlibat di dalam kegiatan membaca. Oleh sebab itu, penting bahwa anak dipersiapkan belajar membaca supaya tidak mengalami kesulitan. Salah satunya melalui membaca nyaring,” kata Roosie.
Tujuan dari membaca nyaring, lanjutnya, adalah memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan untuk anak. Jadi kalau anak memiliki pengalaman membaca yang menyenangkan pasti dia secara sukarela mau melakukan kegiatan membaca.
Sayangnya, kata Roosie, di Indonesia belum banyak pemahaman orang tua dan guru terhadap manfaat membaca nyaring untuk anak. Kalau dipersenkan baru sekitar 20% orang tua yang tahu manfaat membacakan nyaring. Itu sebabnya, peran guru terkait membacakan nyaring pada murid di sekolah sangat penting. Apalagi jika guru sekolah TK atau Sekolah Dasar. Bagi murid, guru merupakan tokoh panutannya.
“Jadi membaca nyaring melalui orang tua maupun guru harus menjadi teladan. Orang tua dan guru harus memberikan contoh membaca yang baik dan benar. Mungkin banyak orang tua dan guru yang tahu membaca buku kepada anak, tapi tidak tahu seberapa penting dan apa saja manfaatnya membaca nyaring,” tutur founder Reading Bugs ini.
Rossie menuturkan, manfaat dari membaca nyaring di antaranya, anak akan penasaran apa yang ada di dalam buku. Itu akan membuat anak mau membaca buku. Kemudian di pembelajaran bahasa. Saat membacakan nyaring, anak akan mendengarkan kata-kata yang memicu anak-anak memiliki kosakata, termasuk kosakata baru.
“Jadi anak akan memiliki 2 kosakata. Satu kosakata bahasa lisan yang terdapat dari ngobrol sehari-hari. Dan kedua, kosakata bahasa buku yang biasanya cenderung lebih canggih,” ujarnya.
Kemudian ketika membacakan nyaring dari buku, anak akan tahu struktur kalimat. Jadi anak belajar bagaimana mengungkapkan perasaan dan apa yang dikatakan. Selain itu, anak usia 0 sampai 8 tahun cara belajarnya adalah menggunakan telinga, belum menggunakan matanya. Itu sebabnya, mengajarkan anak membaca dapat dimulai bayi di dalam kandungan.
Manfaat selanjutnya, kata Roosie, melalui membacakan nyaring, anak belajar abjad. Anak akan tahu kosakata dan bentuk kosakata seperti abjad dan lambang.
“Manfaat-manfaat itulah yang akan menjadi pengalaman dalam membaca, mengetahui kosa kata, struktur kalimat yang terpapar dengan materi cetak, abjad, font, belajar bentuk kata,” imbuh Roosie.
Karena masih minimnya hobi membaca di Indonesia dan juga pemahaman orangtua dan guru terhadap manfaat membacakan nyaring, Rossie berharap semua pihak bisa saling bekerjasama menyosialisasikan kegiatan membaca dan membacakan nyaring. Rossie juga berharap membacakan nyaring bisa menjadi budaya.
“Karena kalau sudah menjadi budaya semua orang pasti akan melakukan dan merasa aneh kalau tidak melakukan. Selain itu, dalam menyosialisasikan kegiatan membaca harus memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. Kalau kita mengenalkan kegiatan membaca dengan cara menyenangkan, anak akan sukarela dan mau melakukan kegiatan membaca,” tutupnya. (*)