Mungkin selama ini banyak siswa di lingkungan SMA mengenal aktualisasi bela negara melalui ilmu pengetahuan tanpa memahami langsung praktiknya.
Sekedar gambaran, usia generasi Z adalah fase menghadapi ancaman yang riil. Guru harus mulai terbuka untuk sama-sama mengaktualisasikan bela negara di sekolah. Nantinya gerakan aktualisasi bela negara di lingkungan sekolah pun akan menjadi gerakan nasional. Ini juga akan menjadi gerak nyata, khususnya untuk generasi Z. Hal tersebut disampaikan langsung Endang Purwaningsih, Kasubbid Pendidikan Bela Negara di Purwakarta.
“Kami sampaikan bagaimana memosisikan bela negara dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kepada peserta didik SMA di mana mereka tidak hanya suka diberikan teori tapi juga harus ada praktiknya,” kata perempuan yang disapa Endang ini.
Endang juga menyampaikan, guru sebagai jembatan kepada anak-anak peserta didik serta orang tua yang mendampingi anak-anaknya di rumah. Itu sebabnya guru harus terus memotivasi agar tetap kreatif, inovatif dan tetap berprestasi secara akademis. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai seperti profil pelajar pancasila. Apalagi kondisi pandemi seperti saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, orang tua bahkan anak-anak sendiri.
“Kurangnya bersosialisasi karena wabah pandemi menjadi tantangan bagi guru-guru yang memiliki tugas berat untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa. Generasi Z adalah anak-anak yang kreatif, memiliki ambisi, dan kritis. Oleh sebab itu, kita harus bisa memotivasi, membimbing dan mendorong supaya anak-anak tidak patah semangat. Anak-anak juga bisa meraih cita-cita sesuai dengan impiannya dan menjadi generasi bangsa yang unggul,” ujarnya.
Sementara itu, Drs. Imam Gunawan. M.Ap. Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda dan Pelaksana Tugas Asisten Deputi Organisasi Kepemudaan Dan Pengawasan Kepramukaan Kemenpora menyampaikan, aktualisasi bela negara tidak terlepas dari pelajaran pramuka. Menurutnya, kepramukaan tetap memegang peranan penting dalam rangka membangun jati diri bangsa. Oleh karenanya perlu ada pandangan yang lebih luas dan lebih komprehensif, khususnya bagi para guru yang menjembatani langsung kepada peserta didik di sekolahnya masing-masing.
“Guru sebagai jembatan langsung ke peserta didik harus dituntut lebih membuka mindset terkait peran pramuka pada aktualisasi kebangsaan,” ujarnya.
Kondisi pandemi saat ini memang banyak menghambat berbagai kegiatan sosial termasuk kegiatan-kegiatan di sekolah. Meski demikian, kondisi pandemi jangan menjadi penghalang dalam menjalankan aktivitas pembelajaran termasuk kegiatan kepramukaan. Karena selain pembina sekolah dan komunitas kegiatan pramuka juga bisa melibatkan keluarga.
“Kita juga perlu merevitalisasi orientasi jangka panjang. Situasi ini harus tetap berjalan. Misalnya dalam mengembangkan keteladanan, anak didik pramuka tidak bisa bertemu dengan teladan-teladan di sekolah. Maka orang tua bisa menggantikannya dengan mendorong anak-anak melakukan keteladanan dan praktik-praktik sosial melalui proyek yang bisa dilakukan anak-anak SMA,” tutur Imam.
Dia menambahkan, project keteladanan harus disesuaikan dengan perkembangan era anak-anak generasi Z dengan melibatkan perkembangan teknologi digital. Para pembina hanya membimbing dan memberikan arahan tanpa harus menggurui. Biarkan mereka berkreasi, berkreativitas dan bergerak secara mandiri.
“Kita hanya menunggu dan mendukung di belakang apakah targetnya tercapai. Kalau semua berjalan sesuai dengan rencana, Insyaallah akan ketemu capaian mengaktualisasikan bela negara pada jiwa generasi muda,” imbuhnya lagi.
Sementara itu, Sahlan Masduki. M.Si., Direktur Penyelenggara Pendidikan, Pelatihan Ideologi dan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia mengatakan, generasi Z masih memiliki ruang untuk diberikan pemahaman ideologi Pancasila. Utamanya melalui dunia pendidikan atau sekolah-sekolah.
“Para guru menjadi jembatan yang strategis untuk menyampaikan pemahaman ideologi Pancasila. Apa yang kami sampaikan bisa disampaikan langsung oleh para guru,” ujar Sahlan Masduki.
Sahlan menyebut dunia anak-anak yang tak terkait dengan dunia pendidikan tak perlu direbut. Utamanya di era perkembangan teknologi. Di sinilah peran guru dan orang tua untuk mengingatkan, mengajarkan pada anak-anak terkait pemanfaatan teknologi yang positif.
“Salah satu manfaatnya adalah untuk memberikan pemahaman ideologi Pancasila kepada anak-anak secara dini. Ini situasi strategis meskipun tidak maksimal akibat wabah pandemi. Tapi setidaknya anak masih berkesinambungan terhadap Pancasila,” kata Sahlan.
Sahlan juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Direktorat SMA Kemendikbud Ristek yang telah menjembatani BPIP dengan para guru. Ada sharing edukasi terkait penyampaian butir-butir ideologi terhadap generasi Z dan lingkungan SMA.
“Melalui para guru, mudah-mudahan ke depan bisa lebih menjalin kerjasama dan kolaborasi BPIP dengan satuan pendidikan. Dalam waktu dekat kita juga akan melakukan kerjasama terkait ideologi Pancasila dengan Kemendikbud Ristek pada jenjang pendidikan PAUD, SD, SMA sampai dengan perguruan tinggi,” tutupnya. (*)